Tugas 1 Etika Profesi - Otobiografi


Lahir di sebuah desa kecil, dari keluarga sederhana, saya anak pertama dari tiga bersaudara memantapkan diri merantau ke ibu kota demi mencari nafkah membantu perekonomian keluarga sekaligus berniat untuk melanjutkan study.
Pemalang, 21 Mei 1992, saya dilahirkan pada kamis kliwon, ya dalam tradisi jawa penyebutan hari lahir selalu di sertai dengan wetonnya (belakangan saya ketahui bahwa hal itu dimulai sejak masa pemerintahan Kerajaan Mataram Islam yang dideklarasikan oleh Sang Sultan yaitu Panembahan Senopati)


Sosok Panembahan Senopati, Raja pertama
Kesultanan Mataram

Sejak kecil saya dididik dalam lingkungan Islam yang kental dengan budaya pribumi, sebuah kebanggaan, karena saya pikir Islam itu tidak harus memakai budaya, tradisi dan pakaian arab tapi Islam lebih kepada inti dari ajarannya, nilai-nilai yang tersurat maupun tersirat, sebagai wajah dan nafas Islam yang Rahmatallil’alamin, rahmat bagi seluruh alam. Tak heran walaupun saya diberikan nama Ibnu sofyan (yang dalam bahasa arab artinya adalah anak laki-laki yang suci) tapi mereka selalu menekankan agar saya menjadi anak yang menjunjung tinggi budaya jawa, istilah yang dipake oleh bapak saya “ojo dadi wong jowo sing ora njowoni yo le”.
Pendidikan formal pertama saya adalah di TK RA DARUSSALAM Desa Pegundan, tidak banyak hal yang saya ingat disini karena yang saya lakukan adalah bernyanyi, bermain, menggambar dan mengenal serta menulis huruf dan angka, entah saya juga lupa materi apa saja yang diajarkan di kelas nol kecil dan nol besar.
Selanjutnya saya sekolah di SD NEGERI 03 KLAREYAN pada tahun 1998, SD yang cukup favorit di desa saya karena bangunan dan kualitasnya bagus. Banyak hal yang saya dapatkan disini, kalau banyak yang bilang masa paling indah adalah masa putih abu-abu, bagi saya masa indah itu ada di bangku putih merah. Nilai yang rendah, itu yang saya terima di SD kelas 1 dan 2, melihat teman-teman banyak dari kalangan keluarga mampu yang setelah sekolah ikut les sana-sini tapi saya hanya mengandalkan materi pelajaran yang diberikan oleh sekolah, semangat belajar juga belum muncul, alhasil nilai raport pun paling enam-tujuh, terus seperti itui sampai saya kelas 4. Di akhir catur wulan 3 (dulu ujian tiap 4 bulan yang disebut cawu/catur wulan) ini saya mengalami kondisi yang membuat saya sedih karena nilai raport saya benar-benar anjlok. Dari situ saya berfikir bagaimana caranya saya bias seperti teman-teman lainnya? Dengan kondisi seperti ini mau jadi apa saya (masih kecil udah berfikir sejauh itu, hehe) entah motivasi apa dan darimana (Mario teguh golden ways acara motivasi itu belum ada loh ya, TV aja satu kampung yang punya baru pak lurah) akhirnya saya “menekatkan diri” belajar lebih keras, pikiran saya yo toh sama-sama makan nasi, sama-sama punya otak dan satu kalimat yang masih saya ingat pas dengar khotbah jumat waktu itu, “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum itu tidak merubahnya sendiri”. Saya bangkit……!
Kelas 5 adalah awal sistem pendidikan berubah menjadi sistem satu tahun dua semester, hadiah terindah dari perubahan saya ini adalah pada saat kenaikan kelas 6, waktu itu setelah semesteran saya khitan/sunat sehingga harus ijin tidak masuk sekolah selama seminggu. Pada hari H, teman-teman satu kelas datang ke rumah saya dan mememberikan raport, mereka bilang saya tidak naik kelas karena banyak nilai merahnya ditambah tidak masuk selama seminggu karena sunat, antara percaya dan tidak percaya, saya buka raport itu.
Dan…… hampir saya tidak percaya bahwa di situ tercatat saya, Ibnu Sofyan berhasil mejadi rangking 1, sekali lagi rangking 1. Sungguh hal yang menakjubkan bagi saya karena selama 5 tahun saya sama sekali tidak pernah dapat peringkat, boro-boro mikirin peringkat, asal tidak banyak nilai merahnya saja sdah bersyukur. Teman-teman sampai geleng-geleng kepala dan bertanya apada saya “kok bisa?”. Sungguh benar ungkapan yang saya dengar dari salah satu khotbah jum’at waktu itu, “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum itu tidak merubahnya sendiri”. Alhamdulillah, kata itu terucap berulang-ulang dari bibir saya.
Sejak saat itu saya bertekad mempertahankan keberhasilan saya itu, tak lupa saya minta do’a dan dukungan dari kedua orang tua, entah kenapa saya jadi suka banget dengan yang namanya membaca, membaca apapun itu, sampai bungkus sego megono (khas pekalongan) yang menjadi menu andalan sarapan saya itu selalu saya baca Koran pembungkusnya sebelum saya buang, bahkan akan saya simpan kalau bacaannya menarik.
Enam tahun berlalu, akhirnya saya lulus SD, kenangan indah bermain bersama, masa-masa nakal, main dindong, mencoba merokok, menukar barang rongsok demi sebungkus es dan kerupuk miskin disambelin, permainan tradisional, lomba cerdas cermat, pertama kali saya belajar dan ikut lomba menari dan geguritan (puisi dalam sastra jawa), kenangan menulis materi mulok pertanian (muatan lokal bidang pertanian) yang sampai puluhan lembar sampai tangan keriting, kocaknya belajar kelompok pas kelas 6, dan banyak hal yang sampai sekarang sering saya obrolkan dengan teman-teman seperjuangan SD kalau saya pulang kampung setahun sekali pas libur hari raya ‘idul fitri.
Lanjut saya sekolah di MTs Negeri 1 Petarukan, masa penuh prestasi hehe. Bukannya sombong, tapi sebagai motivasi saja bahwa saya yang pernah minder di masa SD bisa mempertahankan peringkat 1 itu dari kelas 7 sampai kelas 9. Alhamdulillah. Dalam hal organisasipun saya bisa menjadi ketua OSIS (Pemilihannya langsung kayak pemilu gitu, ada kampanyenya segala), ketua pramuka, komandan PKS (bukan partai ya, tapi patroli keamanan sekolah di bawah saka bhayangkara polres yang bertugas menjaga keamanan sekolah dan menyeberangkan teman-teman lewat jalan utama pantura), anggota PMR, dan seabrek kegiatan organisasi lainnya, it’s my passion….. saya seperti menemukan hal baru yang sangat mengasyikkan.
Prestasi lain saya di masa putih biru dongker adalah mewakili Kabupaten Pemalang dalam ajang perkemahan jambore nasional pramuka 2006 di jatinangor, sumedang selama 10 hari. Pengalaman pertama bertemu dan bersalaman dengan pak bupati pemalang waktu pelepasan dan pak presiden RI (Susilo bambang yudhoyono) dalam acara pembukaan jamnas 2006. Disitu saya juga bertemu dan berkenalan dengan teman-teman pramuka seluruh kabupaten/kota di Indonesia bahkan kontingen dari Negara-negara ASEAN dan Australia. Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan. Saya juga punya pengalaman menarik, yaitu menjadi juara 1 dalam lomba pidato bahasa Inggris tingkat kabupaten (saya diputuskan menjadi juara 1 bukan karena pidato saya menggebu-gebu bak Bung Karno Sang Singa Podium, tapi hanya karena tidak ada lawannya) padahal itu pidato ancur banget haha. Dari situ saya belajar, bahwa keberanian adalah setengah dari keberhasilan. Dan masih banyak prestasi diluar dan didalam sekolah. Sekali lagi, Alhamdulillah, saya merasa DIA sangat baik pada saya.
Setelah lulus saya lanjut di SMK NEGERI 1 AMPELGADING, SMK favorit di Kabupaten Pemalang. Saya mengambil jurusan teknik otomotif karena saya lihat prospek kedepannya sangat bagus dan saya suka dengan praktek lapangan. Dalam hal akademik Alhamdulillah masih bisa mempertahankan tradisi peringkat 1 dari kelas 10 sampai kelas12. Dalam hal organisasi saya dipercaya menjadi wakil ketua OSIS, Pemangku Adat pramuka, bendahara kerohanian Islam, komandan patrol keamanan sekolah dan anggota saka bhayangkara Polres Pemalang. Kegiatan dalam sekolah sangat banyak sampai-sampai saya sekolah berangkat jam 6 pagi dan pulang jam 6 sore, wadaow. Kebanggan tersendiri adalah ketika saya ikut dalam kegiatan proses akreditasi sekolah yang Alhamdulillah dapat peringkat A dan mendapat status RSBI dengan sertifikat ISO. Kegiatan keluar yang pernah saya ikuti adalah perkemahan saka bhayangkara tingkat Provinsi Jawa Tengah di Purbalingga selama 9 hari. Sertifikat yang saya dapatkan merupakan sertifikat langsung dari kapolda jawa tengah, dimana yang saya dengar dengan sertifikat itu akan diprioritaskan masuk Polri.
Lulus dengan penghargaan beasiswa prestasi aktivis dari BANK BRI membuat saya tersenyum, walaupun tidak berhasil menjadi lulusan terbaik tapi dengan uang beasiswa itu setidaknya saya merasa dihargai dan diakui secara real oleh pihak sekolah.
Inilah awal terjadinya kegalauan pada diri saya, setelah lulus SMK mau kemana? Cita-cita saya masuk AKPOL atau AKMIL luntur karena saya tidak lolos tes seleksi di keduanya (mencoba tes secara jujur tanpa embel-embel sekoper uang merah dan seabrek bekingan Jenderal). Saya stress, karena walaupun saya dapat undangan beasiswa dari beberapa kampus di Jogja dan Semarang tapi saya melihat situasi keluarga sedang sulit. Menenangkan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan, itu yang saya lakukan, mencari nasehat  dan membuka diri. Perlahan saya mulai melihat itu semua dengan optimis. Allah tau mana yang lebih baik bagi hamba-Nya, semua sudah diatur dengan jalannya masing-masing.
Dengan restu kedua orang tua saya memutuskan merantau ke Jakarta, sebelumnya saya mengirim lamaran kerja lewat pos ke perusahaan-perusahaan yang sedang buka lowongan. Tiga minggu saya di kota metropolitan mengikuti rangkaian tes. Satu kontrakan di isi 6 anak, ketika tidurpun hanya pas untuk berbaring dan susah untuk pindah posisi tidur karena kanan kiri sudah mepet dengan kawan seperjuangan dari kampong. Hmm kehidupan nyata tak semanis masa sekolah, itu yang ada di benak saya, hanya nasehat dan motivasi dari orang tua yang membuat tetap berdiri.
Singkat cerita akhirnya saya diterima di salah satu perusahaan otomotif yaitu PT Astra Honda Motor sebagai operator, kontrak pertama satu tahun dan ditempatkan pada seksi assy engine (sempat juga menyicipi atmosfer kerja di seksi final inspection dan die casting), kontrak kedua 10 bulan. Prestasi yang saya capai saat bekerja di AHM adalah menjadi pembuat ide proposal terbanyak (semacam ide baru dari karyawan untuk meningkatkan efektivitas, menurunkan cost dan semua hal untuk menjadikan sesuatu menjadi lebih baik). Walau saya sudah dijamin oleh salah satu manajer bahwa saya akan diangkat menjadi karyawan tetap tapi saya tidak mau terjebat dengan janji-janji manusia karena saya sadar DIA lah sebaik-baik penjamin dan tempat bersandar. Terbukti, karena kondisi ekonomi yang menurun tajam tahun 2012 awal akhirnya ada sekitar 700 anak yang terkena PHK masal, termasuk saya didalamnya.
Harapan menjadi karyawan tetap supaya bisa samba kuliah pun pupus. Namun dengan semangat dan motivasi dari HRD AHM dan kawan-kawan seperjuangan akhirnya saya nekat daftar kuliah di Universitas Gunadarma kampus kalimalang (Sebelumnya saya sudah browsing di internet kampus mana yang sekiranya cocok dengan kondisi saya saat itu), awalnya saya ambil jurusan teknik industri. Why? Karena teknik industri ada kelas malamnya sedangkan teknik mesin harus masuk pagi terus (regular), itung-itung sebagai batu loncatan saya ambil pilihan itu. Kenapa kalimalang? Karena saya piker akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan karena dekat dengan kawasan industry. 4 bulan sejak awal kuliah akhirnya saya mendapatkan pekerjaan baru, saya diterima di PT Aisin Indonesia sebagai engineering, perusahaan vendor Toyota yang cukup bonafide ini terletak di kawasan EJIP Kabupaten Cikarang, pekerjaan ini sangat saya butuhkan karena mau tidak mau semua biaya kuliah dari semester 1 sampai 8 harus saya tanggung sendiri secara mandiri, secara orang tua di rumah juga mengurusi kedua adik saya yang sedang sekolah dan butuh banyak biaya. Syukur-syukur bisa membantu mereka (Alhamdulillah walaupun tidak seberapa) dan tidak menjadi beban untuk mereka. Saya ingat ketika pertama kali saya pulang setelah 3 bulan kerja di AHM, saya memberikan amplop berisi sebagian gaji pertama saya, masyaAllah saya melihat kedua mata ibu saya menitihkan air mata, air mata kebahagiaan. Bukan tentang seberapa besar nominal yang diberikan, namun seberapa tulus kasih sayang saya kepada orang tua. Seketika itu semua rasa capek kerja lembur saya selama ini hilang seketika, berubah menjadi rasa bangga yang tak terkira besarnya. Sungguh saya terharu, hanya dengan sebagian gaji pertama saya saja ibu sudah sangat senang dan mengucapkan terimakasih, pikiran saya menerawang ke belakang, seberapa besarkah rasa terimakasih saya kepada ibu? 9 bulan dalam kandungan dengan kondisi susah dan payah, disusui, dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, dididik sampai sebesar ini (subhanallah, ingin sekali saya cium kedua kaki ibu dan bapak saya).
Kembali ke kampus, satu tahun saya jalani proses kuliah sambi bekerja dengan senang hati, pagi kerja lalu malam kuliah, atau kalau sedang UAS/Ujian Utama saya mohon tukar shift dengan kawan kerja agar bisa masuk kerja malam sehingga pagi/siangnya bisa ikut ujian (terimakasih banyak untuk atasan dan rekan kerja saya di PT Aisin Indonesia yang selalu mendukung saya melanjutkan kuliah). Setelah kontrak saya selesai satu tahun (tidak diangkat karena no quota) saya piker ini saatnya saya fokus dengan kuliah saya, menjalani kehidupan mahasiswa yang seutuhnya. Yo toh saya lihat tabungan juga sudah lumayan untuk membayar biaya kuliah sampai semester-semester akhir, dengan ijin kedua orang tua akhirnya saya memutuskan untuk pindah jurusan ke awal minat saya yaitu teknik mesin, pindah ke depok kelas regular. Disini saya seperti mendalamai dan memepelajari materi yang selama ini saya kerjakan di perusahaan. Saya menganggap kalau calon dokter kuliah dulu 4 tahun kemudian 2 tahunnya koas sisten, maka saya kerja dulu 2/3 tahun baru mendalami teorinya di bangku sekolah hehe. Semua ada hikmahnya.
Di kampus saya dipercaya sebagai ketua UKBK (Unit Kegiatan Beladiri Karate) Universitas Gunadarma, kemampuan leadership dan manajerial saya kembali di uji setelah 3 tahun vakum organisasi, tantangannya adalah saya harus bisa merangkul dan mengayomi dojo (sebutan untuk tempat latihan dalam karate) depok dan kalimalang, banyak atlet-atlet hebat yang harus dipupuk dan dijaga agar bisa kompak dengan mahasiswa yang baru belajar karate, saling asah asih dan asuh. Suka duka banyak saya lalui, yah walaupun awalnya saya tidak bersedia menjadi ketua tapi saya diyakinkan bahwa bukan saya atau anda yang lebih baik, tapi semua akan menjadi lebih baik saat kita bersama (ini nih kata-kata yang mak jleb, istimewa).


Foto latihan gabungan karate gunadarma

Kegiatan lain yang sering saya lakukan saat ini adalah mendaki gunung, konsolidasi UKM beladiri Gunadarma (karate, taekwondo, wushu, capoera, tarung derajat, silat merpati putih, silat perisai diri, kenjutsu dan wing chun), anggota forum angkatan dan kegiatan rutin donor darah.
Kegiatan luar kampus yang sering saya lakukan adalah bergabung dengan sebuah gerakan masyarakat yang bernama BANK SAMPAH Depok yang dikordinir oleh Bapak Noorwendo, lulusan teknik mesin Universitas Indonesia, yaitu gerakan menyadarkan masyarakat akan pentingnya membuah sampah pada tempatnya, menganggap sampah sebagai bahan mentah yang bisa diolah, memilah dan memilih sampah serta kegiatan menjadikan sampah menjadi produk yang kreatif dan ekonomis, semoga bisa saya tularkan ke daerah asal saya.


Contoh hasil produk bank sampah

Mulai sekarang saya juga bekerja dengan sistem shifting di PT Frisian Flag Indonesia cabang Pasar Rebo. Kedepannya seperti apa? Entahlah, jalani saja dengan optimis, jujur tadi sebelum ngepost tulisan ini saya baru saja menelepon bapak dan ibu saya di kampong, mohon ijin dan mohon do’a agar semuanya dipermudah dan dilancarkan. Saya dengar ibu saya menangis sambil berkata “Iya, ibu do’akan kamu dan adek-adekmu supaya sukses, bisa jadi orang besar, yang benar, yang berguna. Nitip adekmu di cikarang (adek saya setelah lulus SMK saya daftarkan kerja di PT Bushoku Indonesia di kawasan MM2100 Cibitung dan hari ini dia baru tanda tangan kontrak untuk setahun kedepan, Alhamdulillah)”. Kekuatan do’a seorang ibu inilah alasan utama saya masih survive dalam kondisi apapun. Mohon do’anya ya semuanya semoga saya bisa menjadi anak yang baik, kakak yang baik, pemimpin yang baik, mahasiswa yang baik dan “orang” yang baik, semoga semua bisa menjadi lebih baik, aamiin


Sedang menjalankan tugas organisasi di kampus G


Semoga tulisan ini bermanfaat, terimakasih sudah mengunjungi blog saya, salam damai untuk anda semua.

Komentar

Postingan Populer